G
N
I
D
A
O
L

Serangan kilat Jenderal Sudirman, simpati dunia untuk Indonesia

📖 Jurnal Mengajar Sejarah

Hari/Tanggal: Rabu, 03 September 2025
Mata Pelajaran: Sejarah
Kelas: XII Paket A
Materi: Agresi Militer II dan Perang Gerilya
Pendekatan: Deep Learning


🎯 Tujuan Pembelajaran

  1. Siswa memahami latar belakang dan jalannya Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948).

  2. Siswa mampu menjelaskan strategi perang gerilya sebagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia.

  3. Siswa menganalisis dampak politik, sosial, dan diplomatik dari agresi militer.

  4. Siswa menumbuhkan rasa nasionalisme dan menghargai perjuangan para pahlawan.


📌 Jalannya Pembelajaran

1️⃣ Pembukaan – Menghidupkan Imajinasi

Saya memulai dengan menggambarkan suasana pagi di Yogyakarta, 19 Desember 1948:

“Tiba-tiba langit dipenuhi pesawat Belanda. Bom dan tembakan mengguncang ibu kota RI. Bagaimana perasaan kalian jika menjadi warga Yogya saat itu?”

Pertanyaan itu membuat kelas hening sejenak, lalu beberapa siswa menjawab lirih, “Takut, Pak… tapi pasti juga ingin melawan.” Dari sinilah suasana belajar menjadi hidup, siswa larut dalam imajinasi sejarah.


2️⃣ Eksplorasi Materi dengan Deep Learning

  • Lapisan Fakta 📜
    Saya ceritakan kronologi Agresi Militer II, mulai dari serangan Belanda ke Yogyakarta, ditangkapnya Soekarno-Hatta, hingga operasi militer besar-besaran.

  • Lapisan Analisis 🔍
    Siswa berdiskusi dalam kelompok tentang strategi Perang Gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman. Mereka menelaah mengapa strategi ini menjadi kunci bertahannya republik, meski pemimpinnya ditawan.

  • Lapisan Refleksi 💡
    Saya mengajak siswa merenungkan:

    “Apakah perjuangan hanya bisa dilakukan dengan senjata? Bagaimana diplomasi internasional ikut menyelamatkan Indonesia?”

Diskusi berkembang, beberapa siswa mengaitkan dengan kondisi dunia sekarang: perang tidak hanya soal senjata, tapi juga opini publik dan diplomasi.


3️⃣ Kegiatan Kreatif – Drama Mini Perjuangan 🎭

Untuk memperdalam, tiap kelompok membuat drama pendek: ada yang memerankan pasukan gerilya, ada yang menjadi rakyat pengungsi, ada pula yang berperan sebagai wartawan luar negeri yang melaporkan agresi Belanda.

Suasana kelas menjadi riuh penuh ekspresi. Beberapa adegan bahkan membuat siswa lain terharu, terutama saat ada yang memerankan seorang pejuang yang rela berkorban demi rakyat.


4️⃣ Penutup – Refleksi Nasionalisme

Kelas ditutup dengan refleksi bersama:

“Agresi Militer II membuktikan bahwa meski pemimpin ditawan, semangat rakyat tidak pernah padam. Perang gerilya adalah simbol bahwa bangsa ini berdiri karena keberanian dan persatuan.”

Siswa menuliskan satu kalimat refleksi di kertas kecil. Ada yang menulis: “Saya belajar bahwa perjuangan butuh pengorbanan, tapi juga strategi cerdas.”


✨ Hasil dan Suasana Kelas

  • Semua siswa hadir dan aktif.

  • Diskusi kelompok berjalan hidup, siswa mampu berpikir kritis.

  • Drama mini memberi pengalaman emosional yang membuat siswa lebih memahami konteks perjuangan.

  • Refleksi siswa menunjukkan tumbuhnya empati dan nasionalisme.


📌 Catatan Guru

  • Pendekatan deep learning berhasil membuat siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami makna perjuangan.

  • Aktivitas drama memberi ruang ekspresi dan membuat sejarah terasa “hidup”.

  • Untuk pertemuan selanjutnya, materi bisa dilanjutkan pada Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 sebagai kelanjutan perjuangan diplomasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *